BURUNG
BIRU LAUT EKOR BLOROK
(Limosa lapponica)
Tanda Kebesaran Tuhan di
Udara
Oleh Ali Nurdin
A.
Pendahuluan
Terdapat
pelajaran yang diberikan Allah SWT dalam
Al-Qur’an kepada manusia agar berpikir akan kebesaran Nya yang ada
disekitar kita. Banyak diantara ayat-ayat Al-Qur’an menyebutkan tentang hewan atau binatang yang
biasa kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Tiada satupupun mahluk yang
diciptakan dengan tanpa adanya manfaat.
Suatu
keajaiban pula ketika dapat menyaksikan gerombolan burung yang bermigrasi.
Formasi lintasan yang tertib membuat mata tak berkedip. Suara burung yang riuh
rendah membuat mulut terbuka karena kekaguman yang tak berdaya ditutup-tutupi.
Burung-burung tercipta untuk bermigrasi karena mereka mempunyai tugas
melanjutkan kehidupannya di tempat lain sebelum akhirnya balik lagi ke tempat
asal. Burung biru laut ekor blorok merupakan salah satu burung yang selalu
bermigrasi setiap tahunnya. Burung biru laut ekor blorok yang memiliki nama
ilmiah Limosa lapponica adalah spesies
burung dari keluarga Scolopacidae, dari genus Limosa. Burung ini
merupakan jenis burung pemakan kepiting, cacing, moluska yang memiliki habitat
di perairan pasang surut, muara, beting pasir, perairan dangkal.
Burung
biru-laut ekor-blorok memiliki tubuh berukuran besar (37 cm). Kaki panjang,
paruh sedikit melengkung keatas. Tubuh bagian atas berbintik abu-abu dan
coklat. Alis putih jelas. Pada dada sedikit abu-abu. Ciri khas: garis sayap
sempit warna pucat, garis-garis coklat sempit di atas tunggir, ekor putih. Iris
coklat, pangkal paruh merah jambu, ujung paruh hitam, kaki hijau gelap atau
abu-abu.
Dalam perjalanan migrasinya burung
biru laut ekor blorok (Limosa lapponica) menempuh jarak sejauh 4.526 km
dari Cina ke tujuan migrasi di Serangan, Bali. Banyak pertanyaan yang masih
menjadi misteri dari peristiwa migrasi burung ini. Mengapa tidak? Dengan jarak migrasi yang jauh maka dibutuhkan
energi yang besar agar sampai ke tempat tujuan. Selain itu merupakan suatu hal
yang unik bagi burung yang dapat kembali ketempat yang sama dengan jarak yang
jauh tampa tersesat. Lalu bagaimana mereka melakukan semua itu? Darimana burung
bisa bernavigasi layaknya seorang nakoda kapal?
B. Tinjauan Ilmu Pengetahuan
Kata
migrasi diturunkan dari kata migrat (Latin) yang berarti pergi dari satu tempat
ke tempat lain atau juga bermakna bepergian ke berbagai tempat. Migrasi dalam
kehidupan hewan dapat didefinisikan sebagai pergerakan musiman yang dilakukan
secara terus menerus dari satu tempat ke tempat lain dan kembali ke tempat
semula, biasanya dilakukan dalam dua musim yang meliputi datang dan kembali ke
daerah perkembangbiakan.
Migrasi
merupakan pola adaptasi perilaku yang dilakukan oleh beberapa jenis satwa liar.
Pola migrasi yang dilakukannyapun berbeda setiap jenis satwa, tergantung pada
keadaan, waktu dan berbagai penyebab keadaan. Ada yang melakukan migrasi karena
satwa tersebut pergi untuk mendapatkan makanan, perkembangbiakan dan perubahan
musim pada bumi belahan utara maupun selatan sehingga menuntut satwa berpindah
untuk mempertahankan hidupnya, baik dari dingin maupun panas.
Pada
dasarnya, Migrasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu migrasi musiman dan
migrasi harian. Migrasi musiman biasanya berhubungan dengan perubahan iklim.
Migrasi ini dapat dilakukan menurut garis lintang, ketinggian tempat maupun
secara lokal, sedangkan migrasi harian disebut juga pergerakan harian karena
beberapa satwa liar melakukan pergerakan harian selama 24 jam untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Migrasi yang dilakukan oleh burung biru laut ekor blorok (Limosa lapponica) merupakan migrasi musiman karena berkaitan
dengan iklim.
Penelitian yang dilakukan oleh ahli
saraf Dominik Heyer dan tim dari University of Oldenburg, Jerman, menyatakan ada
mekanisme khusus yang berkaitan dengan indera magnet di otak burung. Sebagai
ahli saraf dirinya memastikan bahwa burung bisa melihat arah medan magnet.
Meski peneliti lain belum meyakini dan bisa membuktikannya akan tetapi menurut
Heyers, sebuah petunjuk baru dalam penelitiannya telah membuka teori baru
tersebut. ”Syaraf khusus di mata burung, sensitif terhadap arah magnet dan
menunjukkan bahwa ada hubungannya ke otak di bagian forebrain yang
bertanggung jawab pada penglihatan,” kata Heyer.
Pada teori
barunya, heyer juga mengemukakan bahwa di mata burung ada sensor yang disebut
cryptochromes. Senyawa ini diselidiki menjadi penstimulasi photoreseptor yang
membuat burung menggantungkan arah terbangnya pada orientasi medan magnet
Jika memang hal itu benar dengan
penelitian yang mampu dibuktikan oleh peneliti lain, maka sudah tentu burung
memiliki keistimewaan tersendiri. Bertahun-tahun lamany misteri cara burung
bermigrasi dan menempuh berjalanan diseluruh belahan dunia membuat yakin
peneliti bahwa burung memiliki semacam kompas yang bisa memandu perjalanan.
Namun bagaimana hal tersebut bekerja masih menjadi misteri.
1. Kerangka
Kekuatan kerangka seekor burung lebih
dari layak, meskipun tulangnya memiliki rongga. Tulang
kuadrat dari tengkorak mempunyai 2 permukaan artikular dorsal. Semua tulang
pelvis bersatu dan terdapat sebuah pigostil. Sternum mempunyai 4 buah takik
(celah) posterior. Otot pektoralis mayor dimulai pada lunas tulang sternum, dan
menarik tulang humerus ke bawah (berarti menarik sayap ke bawah). Sebaliknya,
otot pektoralis minor menarik sayap ke atas. Sifat lain dari kerangka
burung adalah lebih ringan daripada rangka hewan mamalia.
2. Sistem
Respirasi
Trakea melanjut
sebagai 2 buah bronki pada siring (alat suara). Paru-paru dilengkapi dengan
kantung-kantung udara (ada 9 buah, 4 berpasangan, dan 1 median). Fase aktif
respirasi itu adalah ekspirasi dan fase pasif adalah inhalasi
3. Sistem
Saraf
Bentuk otak
dan bagian-bagiannya tipikal pada burung. Lobus olfaktorius kecil, serebrum
besar sekali. Pada ventro-kaudal serebrum terletak serebellum, dan ventral
lobus optikus. Lubang telinga Nampak dari luar, dengan meatus auditori
eksternal terus ke membran timpani (gendang telinga). Telinga tengah dan
saluran-saluran semisirkular terus ke koklea. Pendengaran burung dara baik.
Dari telinga tengah ada saluran Eustachius menuju ke faring dan bermuara pada
langit-langit bagian belakang.
Hidung
sebagai organ pembau dimulai dengan 2 lubang hidung yang berupa celah pada
dorsal paruh. Indera pencium pada burung kurang baik. Mata besar dengan pekten,
yaitu sebuah membran, bervaskulasi, dan berpigmen yang melekat pada mangkok
optic, dan melanjut ke dalam humor vitreus. Saraf optic memasuki sklera mata di
tempat yang disebut bingkai skleral. Mata dengan kelenjar air mata. Penglihatan
terhadap warna sangat tajam dan cepat berakomodasi (berfokus) pada berbagai
jarak. Organ perasa di langit-langit mulut dan sisi lidah. Pemilihan
makan-makanan mungkin hanya tergantung pada organ perasa itu.
4. Masalah
Kekuatan dan Tenaga
Setiap proses dalam bentuk rangkaian
kejadian, yakni dalam biologi, kimia, maupun fisika mematuhi “Prinsip
Penghematan Energi.” Singkatnya, kita bisa menyimpulkannya “diperlukan sejumlah
energi tertentu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.”
Burung yang berpindah-pindah harus menyimpan energi yang cukup untuk membawanya melalui perjalanannya. Di sisi lain, kebutuhan lain selama penerbangan adalah berbobot seringan mungkin. Apa pun hasilnya, kelebihan beban harus dihindari. Sementara itu, bahan bakar juga harus sehemat mungkin. Dengan kata lain, jika berat bahan bakar harus sekecil mungkin, hasil tenaga darinya justru harus sebesar mungkin. Semua permasalahan ini telah teratasi pada burung.
Burung yang berpindah-pindah harus menyimpan energi yang cukup untuk membawanya melalui perjalanannya. Di sisi lain, kebutuhan lain selama penerbangan adalah berbobot seringan mungkin. Apa pun hasilnya, kelebihan beban harus dihindari. Sementara itu, bahan bakar juga harus sehemat mungkin. Dengan kata lain, jika berat bahan bakar harus sekecil mungkin, hasil tenaga darinya justru harus sebesar mungkin. Semua permasalahan ini telah teratasi pada burung.
Burung bermigrasi tidak terbang secara
sendiri-sendiri, melainkan dalam kelompok. Mereka mengikuti aturan tertentu dan
membuat bentuk barisan “V” di udara. Bentuk barisan ini mengurangi hambatan
udara yang mereka hadapi. Bentuk terbang ini begitu efisien sehingga mereka
menghemat sekitar 23% dari energi mereka. Itulah mengapa mereka masih memiliki
lemak seberat 0.2 ons (6-7 kg) ketika mendarat. Kelebihan lemak tersebut bukan
karena adanya salah perhitungan, melainkan merupakan suatu bantalan yang akan
digunakan jika menghadapi aliran udara yang berlawanan.
C.
Pandangan Agama
Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di
angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. sesungguhnya
pada yang demikian itu benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi
orang-orang yang beriman. (Surat An Nahl : 79)
Seekor burung menggunakan
energi yang sangat besar saat mulai mengepakkan sayapnya karena harus
mengangkat seluruh tubuhnya dengan sayapnya yang kecil. Namun,setelah berada di
udara, Allah memudahkannya untuk tetap melayang tanpa mengeluarkan usaha yang
besar. Burung dapat terbang dalam waktu yang lama dengan bergantung pada angin.
Melalui cara ini, mereka hampir jarang merasa lelah karena hanya mengeluarkan
sangat sedikit tenaga. Ketika pengaruh angin berkurang, mereka mulai
mengepakkan sayapnya lagi. Berkat keistimewaan yang telah Allah berikan ini,
mereka dapat menempuh jarak yang sangat panjang dan berpindah ke tempat yang
amat jauh.
Burung biru laut ekor blorok dapat menempuh jarak antara 1000
sampai 40000 kilometer. Karena 40000 kilometer adalah keliling bumi, dapat bayangkan betapa jauhnya jarak yang
ditempuh burung.
Saat melintasi lautan mereka tidak berkesempatan untuk berhenti dan
beristirahat. Bagaimana burung-burung tersebut mempertahankan arahnya selama
penerbangan ribuan kilometer masih merupakan sebuah misteri. Setiap tahun,
burung berpindah ke tempat yang ditujunya tanpa tersesat. Hal ini berlaku baik
bagi burung muda maupun dewasa.
Kaki yang dimiliki burung sangat menarik, begitu ramping dan kecil
jika dibandingkan dengan badannya, namun dapat menahan seluruh tubuhnya. Adanya
begitu banyak otot, pembuluh darah dan syaraf yang terdapat pada kaki sekecil
itu sungguhmenakjubkan! Jika kaki burung lebih tebal dan besar sekali, tentu
akan lebih merepotkan mereka untuk terbang.
Hampir semua burung tidur di atas satu kaki. Tapi tubuhnya tetap
seimbang karena seluruh berat badannya tertumpu pada satu kaki ini. Allah telah
menciptakan burung dengan keistimewaan yang memungkinkan mereka menjaga
keseimbangan sehalus itu.
Salah satu indra terbaik pada burung adalah matanya. Selain
kemampuannya terbang, Allah juga menganugerahi burung penglihatan yang luar
biasa, karena terbang, yang merupakan keajaiban tersendiri, bisa menjadi sangat
berbahaya jika tidak didukung dengan pengelihatan yang baik. Burung dapat
melihat benda di kejauhan lebih baik daripada manusia dan juga mempunyai sudut
pandangan lebih luas. Dengan mengetahui apa-apa yang membahayakan di depannya,
mereka secara tepat menentukan kecepatan dan arah terbangnya.
Mata burung terkunci pada rongga matanya sehingga mereka tidak bisa
menggerakkan bola matanya seperti manusia. Namun mereka dapat memperluas
cakupan pandangannya dengan memutar kepala serta lehernya dengan cepat.
Burung biru laut ekor blorok akan berpindah tempat (migrasi) jika musim dingin tiba, dan mereka terbang di
atas ketinggian, berjajar-jajar. Dalam perjalanannya, untuk menembus angin kuat
yang menerpa, mereka membuat bentuk
“V”. Dengan cara cerdik ini mereka dapat terbang
lebih cepat dan tidak terlalu merasa lelah. Tentu saja, tidak mungkin bagi burung menemukan cara
seperti ini, yang membutuhkan pengetahuan mendalam tentang aerodinamika
(aerodinamika adalah ilmu tentang gaya dan gerakan yang dihasilkan benda-benda
saat menembus udara) dan fisika. Mereka terbang seperti itu karena Allah, Yang
Maha Mengetahui, telah mengajari angsa-angsa ini.
Dan apakah mereka tidak memperhatikan
burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka Tidak
ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha
Melihat segala sesuatu. (Surat Al Mulk : 19)
Kesimpulan
1.
Burung meliliki tulang yang ringan namun kuat.
2.
Dalam menghemat energi kettika bermigrasi burung
membentuk formasi V
3. Pada mata burung terdapat cryptochromes
yang disuga menjadi penstimulasi photoreseptor yang membuat burung
menggantungkan arah terbangnya pada orientasi medan magnet untuk bernavigasi
ketika bermigrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Yahya,
Harun. 2003. Berfikirlah Sejak Anda
Bangun Tidur. Jakarta:
Global
Cipta Publishing
http://khairuddinuad.wordpress.com (diakses Minggu, 10 Maret
2012)
http://www.wikipedia.com (diakses Minggu, 10 Maret 2012)